Segera miliki Batik Tulis Premium Asli Madura! Mau Diskon? Langsung chat admin.

Kisah Inspiratif Uswatun Hasanah: Memberdayakan Perajin Batik dengan Model Bisnis yang Berbeda

Kegigihan Uswatun Hasanah membangkitkan semangat kerja para pembatik Tanjungbumi berdampak positif bagi pemasaran Jokotole Collection. FOTO: DOK. PRIBADI/USWATUN HASANAH

Uswatun Hasanah, seorang alumni UGM yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat, melihat potensi besar dalam industri batik. Tergerak oleh kondisi para perajin batik yang umumnya memiliki penghasilan rendah, Uswatun menggagas sebuah inisiatif untuk memberdayakan mereka, terutama kaum perempuan. Dengan mengikuti program wirausaha Bank Indonesia pada tahun 2014, Uswatun memulai langkah pertamanya membangun bisnis batik yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Melalui pendekatan yang inovatif, Uswatun berhasil membuktikan bahwa perempuan dapat menjadi agen perubahan dan berkontribusi dalam memajukan ekonomi kreatif di Indonesia.

”Sekarang saya sudah punya 100 lebih perajin di Tanjungbumi,” kata Owner Jokotole Collection itu di rumahnya Jalan Anggrek, Kelurahan Kemayoran, Bangkalan

Uswatun Hasanah, Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi) Bangkalan, telah berhasil meningkatkan kesejahteraan para perajin batik melalui sistem bagi hasil. Dengan model bisnis ini, pendapatan rata-rata perajin yang sebelumnya hanya berkisar Rp1,5-1,8 juta per bulan, kini dapat mencapai Rp2 juta bahkan hingga Rp7 juta. Hal ini menunjukkan bahwa sistem bagi hasil tidak hanya meningkatkan produktivitas perajin, tetapi juga membangun semangat kewirausahaan di kalangan mereka. Dengan demikian, Uswatun Hasanah tidak hanya berperan sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai sosok inspiratif yang telah memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan UMKM di daerahnya.

Satu lembar batik premium ada yang seharga Rp 18 juta. Ada juga kisaran Rp 4 juta–Rp 5 juta. Semakin sulit pembuatannya, akan memengaruhi harga. Sebab, batik terdapat nilai filosofi. Setiap detail dan warna memiliki cerita.

Anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan H Kholili dan Sahidah itu juga sedang proses membangun galeri budaya. Isinya batik dan proses pembuatan batik. Bagi perempuan asal Desa Klampis Barat, Kecamatan Klampis itu, industri batik sangat menjanjikan.

”Kalau menggunakan sistem upah, saya banyak untung. Tapi saya tidak mau kaya sendiri. Kunci usaha ini ada pada perajin. Mereka berhak untuk mendapat manfaat yang sama,” ujar ibu kandung Muhammad Faqih Safa Haidir A. dan Muhammad Abid Baqir Nafi A. itu.

Uswatun Hasanah menerapkan prinsip bisnis yang adil, di mana keuntungan dibagi secara merata dengan para perajin batik. Sistem bagi hasil ini tidak hanya meningkatkan pendapatan perajin, tetapi juga memotivasi mereka untuk menghasilkan karya terbaik. Sejak memulai bisnis pada tahun 2014, omzet Uswatun Hasanah terus meningkat pesat, mencapai rata-rata Rp70-80 juta per bulan. Keberhasilan ini membuktikan bahwa bisnis yang berkelanjutan dapat tumbuh seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tahun 2016, karya para pembatik yang terjual atas kelihaian pemasarannya mampu mencapai Rp 100 juta lebih. Bahkan, 2017 tembus Rp 200 juta lebih. Perputaran uang dari keuntungan yang didapatkan 2017 bisa mencapai Rp 1,5 miliar setahun. ”Januari sampai Maret biasanya agak sepi. April itu sudah mulai (ramai),” papar salah satu duta pelayaran Indonesia 2007 itu.

Kehilangan suami di usia muda tidak menyurutkan semangat Uswatun Hasanah untuk terus berkarya. Justru hal itu menjadi motivasi baginya untuk membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pengusaha yang sukses dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan semangat yang tak pernah padam, ia berhasil mengembangkan bisnis batiknya dan memberdayakan banyak perempuan. Puncak prestasinya adalah ketika produk batik buatannya berhasil menembus pasar internasional dan dipamerkan di Washington DC pada tahun 2018.

Desember 2014, dia mendapat penghargaan BI Awards dari KPW BI Jatim sebagai pengusaha yang memberikan dampak sosial. Kemudian, 2015 meraih juara II stand dan omzet pengusaha pemula terbaik kedua ajang Indonesia Shari’a Economic Festival tingkat internasional. Kemudian 2017 menjadi juara kedua ajang serupa. Tahun 2016 kembali meraih penghargaan BI Awards sebagai penggerak usaha mikro kecil menengah (UMKM) berbasis gender tingkat nasional.

Uus kemudian disunting Wirantono Adi Putra pada 14 Februari 2018. Maret 2018 menjadi satu-satunya peraih special recognition pada Asian Youth Women Netizen Marketing Excellence Award. Penghargaan dari Asia Marketing Federation (AMF) diraih untuk kategori women marketer di The Grand Copthorne Waterfront Hotel Singapore.

Uus kerap diundang menjadi pemateri seminar maupun workshop. Pernah satu panggung dengan Dahlan Iskan, Bupati Bojonegoro Suyoto (Kang Yoto), dan Misbahul Munir, komisi VII DPR RI.

”Saya menjelaskan pengembangan industri kreatif dengan melibatkan perempuan,” kenang perempuan berkerudung itu.

Dia berharap niatnya untuk tetap berbakti dan bermanfaat bagi orang lain tetap teguh. Sehingga bisa terus membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ”Semoga tetap diberkahi Tuhan,” harap dosen Prodi Manajemen dan Entrepreneurship Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *